Tuesday, March 22, 2011

blogmasanton - Sekedar share aja ...... Foto - foto narsis polwan Indonesia ...... diambil dari beberapa forum lokal .... buat have fan aja yach.......ternyata polwan juga bisa narsis juga....


READ MORE - Foto - foto Narsis Polwan Indonesia

Thursday, March 10, 2011

 
blogmasanton - Setelah postingan sebelumnya kisah motivasi "Aku Minta Maaf, Dad !", kembali saya berbagi kisah motivasi yang lain, dimana melalui kisah - kisah ini diharapkan lebih mendewasakan kita dalam menjalani hidup ini dan bisa menjadi pelajaran dalam mendidik putra - putri kita. Dan yang terpenting adalah implementasi di dalam keluarga bahwa kita benar-benar mau melakukan perubahan untuk lebih menyayangi anak dan istri kita serta peka terhadap lingkungan yang memerlukan uluran bantuan tangan kita. "Sebaik-baik orang adalah yang kehadirannya banyak memberikan manfaatnya bagi orang lain". 
Semoga memberi inspirasi.
...................................................................................................................................
Ayah, Tolong Kembalikan Tanganku ........!

Ini merupakan kisah nyata sebuah keluarga di Malaysia. Dikisahkan sepasang suami istri sibuk bekerja meninggalkan anaknya yang berusia tiga tahun bernama Ita, bersama pembantunya di rumah. Namanya juga anak - anak yang sedang suka bereksplorasi, Ita pun demikian. Sambil bermain dia mencoret - coret tanah di halaman dengan lidi, sementara pembantunya menjemur kain dekat garasi. Puas dengan mencoret tanah, ia menemukan sebuah paku berkarat dan mulai mencoba untuk menggores - gores mobil ayahnya yang berwarna hitam. Karena masih baru, mobil tersebut jarang dipergunakan oleh ayahnya ke kantor. Maka penuhlah mobil tersebut dengan coretan gambar Ita.
Begitu ayahnya pulang, dengan bangga Ita memberi tahu ayahnya tentang gambar - gambar karyanya yang telah dibuat di mobil baru tersebut. Bukan pujian yang diterima Ita, tetapi kemarahan yang sangat besar. Pertama kali yang kena damprat adalah pembantunya karena dianggap tidak mengawasi Ita dirumah. Baru giliran anaknya yang dihukum. Demi mendisiplinkan anak, maka si ayah mulai mengajarkan anaknya, tidak hanya dengan kata - kata, tetapi dengan pukulan. Dipukullah kedua telapak tangan dan punggung tangan anaknya dengan apa saja yang ditemukan disitu. Mulai dengan mistar, sampai lidi disertai luapan emosi yang tidak terkendali.
"Ampun, ayah ! sakit...sakit...., ampun!" jerit Ita sambil menahan sakit di tangannya yang sudah mulai berdarah - darah. Si ibu anya diam saja, seolah - olah merestui tindakan disiplin yang ditegakkan oleh suaminya.
Puas menghajar anaknya, si ayah menyuruh pembantu untuk membawa Ita ke kamarnya. Dengan hati yang teriris, sang pembantu membawa Ita ke kamarnya. Esoknya ketika dimandikan, Ita menjerit - jerit menhan pedih, dan tangnnya mulai membengkak. Sementara ayah ibunya tetap bekerja seperti biasa. Ketika dilaporkan oleh pembantunya, Ibu Ita hanya mengatakan, "Oleskan obat saja!"
Hari berganti hari, hingga hingga suhu badan Ita mulai panas karena luka tanggannya sudah terinfeksi. ketika dilaporkan, orang tuanya pun hanya mengatakan supaya diberi obat penurun panas. Hingga suatu malam panasnya semakin tinggi, bahkan Ita mulai mengigau, buru - buru mereka membawa Ita yang sudah tampak lemah ke rumah sakit pada malam itu juga.
Hasil diagnosis dokter menyimpulkan bahwa demam Ita berasal dari tangannya yang sudah infeksi dan busuk akibat luka - lukanya. Setelah seminggu menjalani perawatan di rumah sakit, dokter memanggil ayah dan ibunya dan mengatakan, "Tidak ada pilihan lain ..."
Dokter mengusulkan agar kedua tangan anak itu diamputasi karena infeksi yang terjadi sudah terlalu parah. "Ini sudah bernanah dan membusuk, untuk menyelamatkan nyawa Ita, tanggannya harus diamputasi!"
Mendengar berita ini, orang tua Ita bagai disambar petir, dengan berurai air mata dan tangan bergetar, mereka menandatangani surat persetujuan amputasi anak mereka yang paling dikasihi.
Operasi pun dilakukan, setelah sadar dari pengarus bius operasinya, Ita terbangun sambil menahan rasa sakit dan bingung melihat tangannya yang dibalut kain putih. Labih kaget lagi, dia melihat kedua orang tuanya dan pembantunya menangis di sampingnya. 
Sambil menahan rasa sakit, Ita berkata kepada orang tuanya, "Ayah....Bunda......, Ita tidak akan melakukannya lagi....Ita sayang Ayah, sayang Bunda, juga sayang Bibi. Ita minta ampun sudah mencoret - coret mobil Ayah!" Ayah dan Ibunya semakin menangis mendengar kata - kata tersebut.
"Ayah, sekarang tolong kembalikan tangan Ita, untuk apa tangan Ita diambil. Ita janji tidak akan melakukannya lagi. Bagaimana kalau nanti Ita mau main dengan teman - teman karena tangan Ita sudah diambil. Ayah...Bunda...tolong kembalikan tanganku, kalau tidak boleh, pinjam sebentar saja, Ita mau menyalami Ayah, Bunda dan Bibi untuk minta maaf!" (Sumber : Setengah Isi Setengah Kosong karya Parlindungan Marpaung).

...............................................................................................................................
Semoga kisah ini dapat menjadikan pembelajaran buat kita...bahwa hukuman untuk mendisiplinkan anak tidak harus dengan hukuman fisik. Karena dengan hukuman fisik tidak hanya akan berdampak fisik saja tetapi juga akan berdampak secara psikologis terhadap anak. Yang nantinya trauma secara psikologis akan dibawa anak hingga dewasa. Semoga memberi inspirasi.
READ MORE - Ayah, Tolong Kembalikan Tanganku ........!

Friday, March 4, 2011

"Aku Minta Maaf, Dad !"


blogmasanton - Posting kali ini saya sedikit sharing aja, sebuah cerita motivasi yang membuat kita sebagai para ayah begitu trenyuh dan seharusnya kita berfikir bahwa kadang kita terlalu egois, terlalu sok benar, terlalu angkuh, tidak pernah mau disalahkan, padahal perbuatan kita seringkali selalu menyakitkan orang - orang di sekitar kita, anak - anak kita, istri kita tanpa kita sadari. Semoga dari cerita ini dapat kita ambil inspirasi, untuk menjadikan kita manusia yang lebih baik, lebih bijaksana, dan lebih membahagiakan orang - orang yang kita sayangi di sekitar kita. 
......................................................................................................................................
"Aku Minta Maaf, Dad !"

Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi, sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istriku sekarang di alam surgawi, baik-baik sajakah? Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan sorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil. Begitulah yang kurasakan, karena selama ini aku merasa bahwa aku telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anakku, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anakku juga.
Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor, anakku masih tertidur. Ohhh… aku harus menyediakan makan untuknya.   Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. Setelah memberitahu anakku yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja.   Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku, aku langsung masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam. Namun, ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan….. di sanalah sumber ‘masalah’nya … sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan di seprai dan selimut!
Oh…Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung menghujani anakku yang sedang gembira bermain dengan mainannya, dengan pukulan-pukulan! Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat: “Dad, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar, maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu lagi untukku .. Karena aku takut mie nya akan menjadi dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain dengan mainanku … Aku minta maaf, Dad … “
Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku … tetapi, aku tidak ingin anakku melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangis. Setelah beberapa lama, aku hampiri dia, memeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur. Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur.
Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mommy yang dikasihinya.  Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, aku mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah berumur lima tahun, dan akan lulus dari Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan bahagia.
Namun… belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, aku benar-benar menyesal….
Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anakku absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan. Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan. Dia diam saja lalu mengatakan, “Aku minta maaf, Dad”.
Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara “pertunjukan bakat” yang diadakan oleh sekolah, karena yg diundang adalah siswa dengan ibunya. Dan itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak punya ibu…..
Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke rumah memberitahuku, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis, yang aku yakin, jika istriku masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat diriku bangga juga!
Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Saat ini musim dingin, dan hari Natal telah tiba. Semangat Natal ada dimana-mana juga di hati setiap orang yg lalu lalang… Lagu-lagu Natal terdengar diseluruh pelosok jalan …. tapi astaga, anakku membuat masalah lagi. Ketika aku sedang menyelasaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja, tiba-tiba kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus.
Mereka menelponku dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anakku telah mengirim beberapa surat tanpa alamat. Walaupun aku sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anakku lagi, tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena aku merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan. Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : “Maaf, Dad”. Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu.
Setelah itu aku pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah aku mendorong anakku ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini? Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah : “Surat-surat itu untuk mommy…..”.
Tiba-tiba mataku berkaca-kaca….. tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya: “Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yg sama?”  Jawaban anakku : “Aku telah menulis surat buat mommy untuk waktu yang lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus”.
Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung, tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku katakan ….
Aku bilang pada anakku, “Nak, mommy sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk mommy, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada mommy. Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan nyenyak. Saya berjanji akan membakar surat-surat atas namanya, jadi saya membawa surat-surat tersebut ke luar, tapi…. saya jadi penasaran untuk tidak membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu.
Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hati saya hancur……
Mommy sayang,
Aku sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara ‘Pertunjukan Bakat’ di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut. Tapi kamu tidak ada, jadi aku tidak ingin menghadirinya juga. Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi.  Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko. Ayah keliling-keliling mencariku, setelah menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan alasan yang sebenarnya.
Mommy, setiap hari aku melihat ayah merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya. Aku pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat untuk kita berdua, aku rasa. Tapi mom, aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah mommy muncul dalam mimpiku sehingga aku dapat melihat wajahmu lagi ? Temanku bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu. Tapi mommy, mengapa engkau tak pernah muncul?
Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena aku tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak ditinggalkan oleh istriku ….
................................................................................................................................
Semoga memberi inspirasi.
READ MORE - "Aku Minta Maaf, Dad !"