Thursday, March 10, 2011

 
blogmasanton - Setelah postingan sebelumnya kisah motivasi "Aku Minta Maaf, Dad !", kembali saya berbagi kisah motivasi yang lain, dimana melalui kisah - kisah ini diharapkan lebih mendewasakan kita dalam menjalani hidup ini dan bisa menjadi pelajaran dalam mendidik putra - putri kita. Dan yang terpenting adalah implementasi di dalam keluarga bahwa kita benar-benar mau melakukan perubahan untuk lebih menyayangi anak dan istri kita serta peka terhadap lingkungan yang memerlukan uluran bantuan tangan kita. "Sebaik-baik orang adalah yang kehadirannya banyak memberikan manfaatnya bagi orang lain". 
Semoga memberi inspirasi.
...................................................................................................................................
Ayah, Tolong Kembalikan Tanganku ........!

Ini merupakan kisah nyata sebuah keluarga di Malaysia. Dikisahkan sepasang suami istri sibuk bekerja meninggalkan anaknya yang berusia tiga tahun bernama Ita, bersama pembantunya di rumah. Namanya juga anak - anak yang sedang suka bereksplorasi, Ita pun demikian. Sambil bermain dia mencoret - coret tanah di halaman dengan lidi, sementara pembantunya menjemur kain dekat garasi. Puas dengan mencoret tanah, ia menemukan sebuah paku berkarat dan mulai mencoba untuk menggores - gores mobil ayahnya yang berwarna hitam. Karena masih baru, mobil tersebut jarang dipergunakan oleh ayahnya ke kantor. Maka penuhlah mobil tersebut dengan coretan gambar Ita.
Begitu ayahnya pulang, dengan bangga Ita memberi tahu ayahnya tentang gambar - gambar karyanya yang telah dibuat di mobil baru tersebut. Bukan pujian yang diterima Ita, tetapi kemarahan yang sangat besar. Pertama kali yang kena damprat adalah pembantunya karena dianggap tidak mengawasi Ita dirumah. Baru giliran anaknya yang dihukum. Demi mendisiplinkan anak, maka si ayah mulai mengajarkan anaknya, tidak hanya dengan kata - kata, tetapi dengan pukulan. Dipukullah kedua telapak tangan dan punggung tangan anaknya dengan apa saja yang ditemukan disitu. Mulai dengan mistar, sampai lidi disertai luapan emosi yang tidak terkendali.
"Ampun, ayah ! sakit...sakit...., ampun!" jerit Ita sambil menahan sakit di tangannya yang sudah mulai berdarah - darah. Si ibu anya diam saja, seolah - olah merestui tindakan disiplin yang ditegakkan oleh suaminya.
Puas menghajar anaknya, si ayah menyuruh pembantu untuk membawa Ita ke kamarnya. Dengan hati yang teriris, sang pembantu membawa Ita ke kamarnya. Esoknya ketika dimandikan, Ita menjerit - jerit menhan pedih, dan tangnnya mulai membengkak. Sementara ayah ibunya tetap bekerja seperti biasa. Ketika dilaporkan oleh pembantunya, Ibu Ita hanya mengatakan, "Oleskan obat saja!"
Hari berganti hari, hingga hingga suhu badan Ita mulai panas karena luka tanggannya sudah terinfeksi. ketika dilaporkan, orang tuanya pun hanya mengatakan supaya diberi obat penurun panas. Hingga suatu malam panasnya semakin tinggi, bahkan Ita mulai mengigau, buru - buru mereka membawa Ita yang sudah tampak lemah ke rumah sakit pada malam itu juga.
Hasil diagnosis dokter menyimpulkan bahwa demam Ita berasal dari tangannya yang sudah infeksi dan busuk akibat luka - lukanya. Setelah seminggu menjalani perawatan di rumah sakit, dokter memanggil ayah dan ibunya dan mengatakan, "Tidak ada pilihan lain ..."
Dokter mengusulkan agar kedua tangan anak itu diamputasi karena infeksi yang terjadi sudah terlalu parah. "Ini sudah bernanah dan membusuk, untuk menyelamatkan nyawa Ita, tanggannya harus diamputasi!"
Mendengar berita ini, orang tua Ita bagai disambar petir, dengan berurai air mata dan tangan bergetar, mereka menandatangani surat persetujuan amputasi anak mereka yang paling dikasihi.
Operasi pun dilakukan, setelah sadar dari pengarus bius operasinya, Ita terbangun sambil menahan rasa sakit dan bingung melihat tangannya yang dibalut kain putih. Labih kaget lagi, dia melihat kedua orang tuanya dan pembantunya menangis di sampingnya. 
Sambil menahan rasa sakit, Ita berkata kepada orang tuanya, "Ayah....Bunda......, Ita tidak akan melakukannya lagi....Ita sayang Ayah, sayang Bunda, juga sayang Bibi. Ita minta ampun sudah mencoret - coret mobil Ayah!" Ayah dan Ibunya semakin menangis mendengar kata - kata tersebut.
"Ayah, sekarang tolong kembalikan tangan Ita, untuk apa tangan Ita diambil. Ita janji tidak akan melakukannya lagi. Bagaimana kalau nanti Ita mau main dengan teman - teman karena tangan Ita sudah diambil. Ayah...Bunda...tolong kembalikan tanganku, kalau tidak boleh, pinjam sebentar saja, Ita mau menyalami Ayah, Bunda dan Bibi untuk minta maaf!" (Sumber : Setengah Isi Setengah Kosong karya Parlindungan Marpaung).

...............................................................................................................................
Semoga kisah ini dapat menjadikan pembelajaran buat kita...bahwa hukuman untuk mendisiplinkan anak tidak harus dengan hukuman fisik. Karena dengan hukuman fisik tidak hanya akan berdampak fisik saja tetapi juga akan berdampak secara psikologis terhadap anak. Yang nantinya trauma secara psikologis akan dibawa anak hingga dewasa. Semoga memberi inspirasi.

Artikel Menarik Lainnya:

0 comments:

Post a Comment