Sunday, September 9, 2012

blogmasanton - Sengaja saya posting artikel ini, yang didapat dari blognya Mas Saptuari (owner Kedai Digital Jogja), sekedar untuk memotivasi saya khususnya, untuk lebih dapat mendekatkan diri pada Sang Pencipta, dan semoga juga dengan kisah ini dapat menginspirasi temen2 semua untuk meraih sukses tidak hanya di dunia tapi juga yang lebih utama meraih sukses dimata Allah SWT dan diakherat nanti.

-----------------------------------------
"kadang kita tidak sadar sesuatu telah dipersiapkan oleh Tuhan sampai kita tergagap-gagap menyadarinya.."


Klaten, Oktober 2009..
Es krim yang dingin dan padat menemani para jamaah yang memenuhi tenda itu, hari ini adalah pengajian pelepasan haji pak Riyanto dan bu Nur, pengusaha beras paling sakses se Klaten raya. Mereka saudara dari bapak mertuaku. Ustad Jadmiko yang didapuk memberikan tausiyah bercerita sebuah kisah nyata tentang tukang becak yang naik haji, ketika Allah berkehendak maka semuanya dimudahkan, dari jalan yang tidak disangka-sangka.. Min haiztsu la yah tasib..

Sebuah kisah nyata dari Yogyakarta, Tukang becak itu ingin sekali bersedekah setelah mendengarkan sebuah pengajian, namun dia tau kondisinya yang tidak mungkin bersedekah dengan uang, maka dia menemukan sebuah ide untuk bersedekah. Yaitu dia berjanji setiap hari jumat dia akan mengantarkan siapapun yang pakai jasanya tanpa meminta imbalan.. Ikhlas dia akan mengantarkan siapapun orangnya hari itu, demi niatnya bersedekah pengganti harta adalah tenaga.. Bukan hanya "senyum" semata seperti kita.
Stasiun Tugu Jogja.. 
Seorang pengusaha sukses dari Jakarta sedang ingin bernostalgia dengan masa lalunya, dengan naik kereta dia turun di stasiun Tugu, dia ingin santai berkeliling Jogja dengan naik becak. Kebetulan tukang becak itu ada didepannya..
"antarkan saya keliling kota pak, baru nanti menuju hotel" pinta pengusaha itu.
"monggo ndoro" jawab tukang becak itu girang, pagi2 sudah dapat rejeki.
Mereka berkeliling kota, berhenti di beberapa tempat yg diminta si pengusaha. Sampai akhirnya menjelang siang mereka menuju sebuah hotel.
Ketika si pengusaha turun dari becak, dan akan membayar tiba-tiba sayup terdengar suara adzan Dzuhur dari masjid. Si tukang becak tersentak, dia tiba-tiba ingat kalau hari ini adalah hari Jumat! Setengah hatinya menangis dia ingin membatalkan niatnya bersedekah di hari jumat, setelah seharian lelah mengantarkan keliling kota, ada rejeki yang banyak di depan mata. Sementara setengah hatinya lagi "nggondeli" menahan agar dia tetap meneruskan niatnya..
Dengan halus tukang becak itu berkata..
"Bapak, terimakasih untuk pemberian bapak, tapi saya tidak bisa menerimanya karena hari ini hari Jumat.. Saya sudah berjanji setiap hari jumat siapapun yang naik becak saya tidak saya pungut bayaran, saya ingin niat sedekah saya tidak luntur karena uang ini.."
Si pengusaha terkejut mendengarnya, setelah seharian mandi keringat mengantarkannya keliling kota, dengan nafas yang ngos-ngosan, tukang becak ini masih sanggup mempertahankan niat yg sudah diucapkan hatinya...
Dengan mata berkaca-kaca, pengusaha itu berkata,
"Pak, saya akhirnya menemukan jawabannya! Entah mengapa minggu ini hati saya gelisah, saya seperti ditunjukkan jalan untuk kembali ke Jogja bukan hanya untuk bernostalgia, tapi juga menguatkan niat saya. Tahun ini saya akan naik haji pak, dan saya belum menemukan siapa orang yang akan menemani saya berangkat ke tanah suci. Dan hari ini saya ditunjukkan oleh Allah langsung, dengan kebersihan hati bapak, dengan niat bersih saya ingin bapak yang menemani saya naik haji tahun ini. Semua biaya dan surat-surat akan saya urus segera, mari pak kita menghadap Allah bersama-sama..."
Gantian si tukang Becak yang terbengong-bengong... Lalu nangis "ngguguk" mendengar ajakan si pengusaha. Jika Allah berkehendak, orang yang memiliki energi yang sama akan dipertemukan di jalan yang tidak disangka-sangka.. Min haiztsu la Yahtasib..

...................
Warung Cowmad Deresan Jogja, 2010..
Aku takjub dan senyum-senyum sendiri mendengar mas Didik bercerita kisah itu,
"Kami satu pesawat Sap, duduk sebelahan tapi tidak saling ngobrol awalnya, Hanya sesekali kami berpandangan mata.. Sampai akhirnya ketika pesawat mau mendarat di Soekarno-Hatta kami saling sapa, dia aku bantu nurunkan tasnya. Ketika kami menunggu bagasi keluar terasa lama sekali. Satu persatu orang pergi membawa tasnya, tasku dan tas dia belum juga keluar. Kami sabar menunggu sambil sesekali ngobrol ringan, semua biasa saja sampai akhirnya tas kami berdua keluar bersamaan, dua tas itu keluar dari pintu bagasi berjalan seperti bergandengan, dempet jalan pelan-pelan. Bayangkan ada yang aneh, dari ratusan tas penumpang pesawat itu hanya tas kami yg keluar belakangan, itupun dalam posisi yg dempet berurutan.. Seperti ada sesuatu tanda dari kejadian ini.
Tenyata di Jakarta dia satu jalur denganku, akhirnya kami sepakat naik taksi bareng, hari itu kami mulai kenalan. Berikutnya di Jogja aku lebih tau banyak soal dia, ternyata dia sama seperti aku, gagal di pernikahan yang pertama. Dia janda aku duda.. Kami semakin sering intens bertemu, Alhamdulillah Allah menunjukkan keajaiban dari hal-hal kecil yang kadang kita tidak sadari, bulan depan kami menikah Sap... Misteri tas dempet di bandara itu yang sampai sekarang aku pahami sebagai rencana Gusti Allah untuk kami..."
semilir angin sore membelai telinga menambah nikmat mendengar cerita itu...
.....………
Jogja, 13 Juni 2011
Baru saja kami meninggalkan panti asuhan Sayap Ibu menyampaikan bantuan rekan-rekan pembaca blog ini, luar biasa terkumpul 15.700.000 dalam 3 hari (baca Putri Herlina Sepasang Tangan Bidadari), aku ajak beberapa manager Kedai Digital agar mereka lebih peka hatinya pada sesama. 15 menit berlalu, tiba-tiba sebuah SMS masuk "mas saya baru saja membaca blog mas Saptu tentang Putri Herlina, saya nitip 1 juta ya mas buat adik-adik bayi Sayap Ibu" Alhamdulillah, selalu ada orang-orang yang terbuka hatinya. Aku turut mendoakan semoga Allah mengganti berlipat-lipat semua rejeki rekan-rekan semua. aku hanya kran air saja yang menyalurkan ke ember yang benar...
sampai di kantor, sudah ada tamu yang menungguku, sementara anak-anak Kedai sibuk dengan tugasnya masing-masing. HP ku tiba-tiba berdering, nomer lokal Jogja.
"haluuuu..." sapaku asal saja tiap ngangkat telpon
"dengan mas Saptuari? saya Emi mas mau minta waktu ketemu waktu dengan mas Saptu bisa? hari ini ya mas? pentiiiing banget mas, plisssss..."
siapa lagi nih, sudah bosan aku nerima telpon dan sms dari orang-orang yang gak dikenal ujung-ujungnya mau ngutang, dari janji sebulan mengembalikan, sampai ada yang mau dicicil enam bulan. Dari yang korban kartu kredit sampai yang ngakunya bisnis gagal ditipu teman... hehehe. Cukup sudah aku kehilangan 13 orang kawan, yang Alhamdulillah aku bantu tapi semuanya pergi tanpa beban, jangankan bayar utang, sms dan telpon untuk menyapa saja tidak pernah. sudah kehilangan uang, tambah kehilangan kawan... yaaa begitulah...
"mmmm, aku masih ada tamu nih.. lain kali saja yaa" jawabku ngelesss..
"mas, mohooon banget saya ingin dapat masukan dari mas Saptu, saya gak mau anak saya diadopsi mas!" lanjutnya
bbrrrrrr... mendengar kata adopsi entah mengapa hatiku melunak, dari nada suaranya yang ekspresif seperti gak dibuat-buat.
"ok, nanti setelah jam tiga ke Deresan aja yaa.." jawabku
sambil mengucapkan terimakasih berulang-ulang, wanita yang ngaku bernama Emi itu menutup telponnya..

jam 3 sore lebih sedikit...
"nama saya Emi mas, mohon maaaafff banget saya ngganggu mas Saptu, saya tadi telphon dari wartel mas karena gak punya HP, saya dulu konsumen Kedai Digital mas, sekitar tahun 2006 habis nikah saya bikin jam dinding warna merah, foto saya dan suami... bagus mas, saya pajang di ruang tamu waktu itu" Emi langsung nyerocos tanpa kuminta, setelah dia duduk nyaman di sofaku. anak yang digendongnya tampak anteng mendengar ibunya bercerita. Bajunya terkesan kumuh dan seadanya..


"anakmu lucu, siapa namanya mbak?" tanyaku
"namanya Flagia Paris Van Java"
"Wowww! lahirnya di Bandung ya?"
"Eggak mas, lahir di paris.. Parangtritis, pas hamil besar aku diajak suamiku ke paris, nah aku malah lahiran disana, Flagia mbrojol duluan lebih cepat satu bulan.."
aku cekikikan mendengar ucapannya yang ceplas ceplos itu.
"kamu kenapa pengen ketemu aku? tau nomer HPku dari mana?"
"Mas, rumah tanggaku hancur berantakan, suamiku pergi sudah hampir setahun ini.. ini mungkin karena sejak nikah Bapak-ibuku tidak merestuiku, anakku yang pertama ikut bapak ibuku, aku seperti disingkirkan dari keluarga, mereka seperti sudah muak melihat wajahku, akhirnya aku memutuskan untuk pergi mas, menggelandang kesana kemari. aku terpaksa ngemis mas, tiap hari aku ajak Flagia keliling dari rumah kerumah, aku maluuuu mas, tapi mau gimana lagi... anakku butuh makan. aku kadang tidur di rumah kawanku di Maguwoharjo, kadang aku tidur di terminal. Flagia cuma aku selimuti selendang, kalo pagi dia kuajak lagi berkeliling untuk mengemis. aku sudah nyaris putus asa mas, wisss embuh mas.. pengen mati rasanya... "
sambil bercerita emi sesekali mencium pipi anaknya, kasih sayang seorang ibu yang dalam kondisi apapun berusaha tegar didepan anaknya...
"sabar yo nduk... sabar yo nduk... iki lho ketemu om Saptu" diangkat anaknya sambil sesekali diajak tersenyum ke arahku.
aku masih serius memahami kata-kata Emi, berusaha kucari kata-kata bohong dari dirinya. Tapi omongannya yang lancar, ekspresi wajahnya yang natural, tatapan matanya yang fokus, gerak tubuhnya yang alami, aku tidak melihat action yang dibuat-buat...
"habis nikah aku pernah kerja jadi penjaga counter tas mas, tapi gajinya hanya 100ribu seminggu, mana cukup untuk kebutuhan sehari-hari. setelah suamiku pergi aku bener-bener limbung mas, dengan membuang rasa maluku, akhirnya aku mengemis setiap hari demi anakku. Ada kawanku yang sudah 10 tahun menikah belum punya anak, dia ingin mengadopsi Flagia mas, aku dijanjikan uang yang besar, aku sempat berfikir untuk melepas anakku ini, dan selesai sudah penderitaanku ini. Aku bisa pergi dengan uang itu untuk memulai hidup baru, entah pergi kemana sejauh mungkin dari sini, tapi setiap aku melihat senyum anakku aku gak tegaaaaaa mas.... aku gak mau kehilangan anakku" katanya tersedu.
aku tersudut di pojok sofaku, aku gak pernah belajar jadi psikolog yang pintar menjadi pendengar yang baik untuk kliennya, pas kuliah dulu aku hanya diajari ngukur tanah dan cara membaca peta yang baik dan benar... ludahku jadi terasa pait saat itu.
"mmm, kamu kok milih aku untuk curhat semua masalahmu mbak? padahal sebelumnya kita kenal aja enggak..." lanjutku
"mungkin ini petunjuk dari Gusti Allah mas, sholatku memang beling mas, kober eling (Sholat hanya kalo pas ingat), tapi dimanapun setiap saat, pas aku di jalanan aku selalu berdoa, semoga Gusti Allah selalu melindungi aku dan anakku. Dua hari lalu aku terbangun di tengah malam mas, sambil duduk aku berdoa khusuuuk banget, aku mohon pada Allah semoga aku diketemukan dengan orang yang mau membantuku, Duh Gustiiii kulo nyuwun pitulungan... doaku hanya itu mas, gak tau darimana pokoknya aku minta langsung sama Gusti Allah"

kata-kata Emi semakin membuatku menelan ludah, seperti menuju sebuah klimaks cerita novel yang bikin pembacanya nangis sampai mringis mringis... aku semakin tersudut ke pojok sofa..
"pagi harinya aku nemu sebuah koran bekas mas, aku baca berita tentang mas Saptu dan Kedai Digital, aku tiba-tiba ingat jam warna merah bergambar fotoku dan suamiku dulu, yang aku pasang diruang tamu.. aku lihat wajah mas Saptu, kayaknya orangnya baik, ramah dan mau membantu.. entah mas, mungkin ini jalan yang Gusti Allah tunjukkan, aku datang ke Kedai, oleh mbak yang jaga aku dikasih nomer HPmu mas, aku beranikan telphon untuk bisa bertemu... wiss embuh mas, aku malu, tapi mungkin ini jalan yang ditunjukkan padaku.."
Boroboro tersanjung dengan ucapanya, sudut sofa ini semakin memojokkanku, bagian sampingnya menekan sisi kiri perutku... uufff!!
"aku ingin terus berjuang untuk anakku mas, aku ingin punya warung angkringan, biar aku gak perlu ngemis lagi! aku juga pengen punya kost sendiri yang murah saja 75ribu sebulan mas, biar anakku gak perlu tidur di terminal lagi. Entah mengapa aku yakin Mas Saptu bisa membantuku... Pak Joko juragan angkringan di Sagan mas, dia punya gerobak-gerobak yang disewakan.. setiap hari makanannya dia yang ngedropi juga. modalnya sekitar 400ribu mas buat bisa menyewa gerobaknya itu, nanti tiap hari nyetor ke Pak Joko 10ribu saja.."

Tiba-tiba sebuah imaginasi muncul diotakku.. Aku seperti berada dalam skenario luar biasa buatan Gusti Allah, bayangan tukang becak yang bisa naik haji, bayangan tas yang dempet punya mas Didik di bandara, bayangan SMS transferan dari donatur yang tadi siang masuk ke rekeningku, bayangan Emi yang baca profilku dari koran bekas, semua seperti video yang diputar ulang di kanan kiriku! Aku seperti dibentak oleh sang sutradara untuk bermain didalamnya... Dan dia berteriak... Actioonnn!!!!

Aku menghela nafas panjang.. Pojok sofa ini tidak lagi menghimpitku..
Aku berdiri, kusiapkan amplop berisi uang 1 juta di dalamnya..
"mbak Emi, mungkin ini jawaban dari doa khusukmu. Ada seseorang yg ingin berbagi untuk panti asuhan yang didalamnya banyak bayi-bayi seumuran anakmu, tapi dia telat transfer hanya 15 menit saja, Mungkin ini memang sudah skenario Tuhan untukmu. Gunakan uang ini untuk menyewa angkringan, untuk bayar kost, untuk beli selimut biar anakmu gak kedinginan...kalo angkringanmu sudah buka kamu telphon aku ya, nanti aku datang kesana..”
Alhamdulillah ya Allaaaah... Matur suwun mas, matur suwun, saya janji mas segera saya siapkan semua, kalo sudah buka saya hubungi mas Saptu lagi..” Kata Emi sambil memeluk anaknya.




Kuantar dia sampai mau turun tangga dari lantai 3 kantorku, aku menarik nafas lega, kulihat ibu muda itu begitu riang gembira, seperti himpitan hidup yang 30 menit lalu memuatnya putus asa hilang sudah entah kemana...

Sayup-sayup seperti kudengar teriakan di telingaku.... suara sang Sutradara lagi.... Cuuuutttt!!!

................................
Jakarta Convention Center, 18 Juni 2011
Hari ini aku mendapat tugas dari tabloid Kontan untuk sharing seminar tentang Bisnis Kemitraan, satu sesi dengan Martha Tilaar, Desainer Hari Darsono, Bossnya TX travel Anthonius Teddy, dan Mayong Suryolaksono wartawan senior intisari, selaku moderator. Aku berkesampatan makan siang di meja bundar dengan orang-orang hebat ini... aku paling junior, paling omot-omot, dan tentu saja paling mirip kingkong.. : D
Walaupun sudah di titik puncak, para pengusaha ini sangat halus tutur katanya, bahasa mereka sangat merendah dan santun. Ketika bu Martha aku ceritakan bahwa istriku langganan Salonnya di Jogja, bu Matha menoleh fokus kepadaku dan berkata “waaah.. terimakasih yaa”. Pak Anthon malah bilang, “mas.. tidak pernah ada tulisan owner di kartu nama saya, karena bisnis dengan 150 cabang ini milik Tuhan..”
Aku terkesima dengan kerendahan hati mereka...

Dengan mas Mayong malah guyonan ala Jogja, sepanjang makan dan seminar aku ngobrol dengan bahasa Jawa.. Suami Nurul Arifin itu asli Jogja, jebolan SMA Debrito yang berjarak hanya 100meter dari Kedaiku di Demangan...



Tugasku selesai di seminar sore itu, aku kembali ke Standku, Plenarry Hall di JCC penuh sesak dengan pengunjung yang tertarik dengan bisnis Franchise dan Kemitraan, hampir semua stand penuh dengan pengunjung yang antusias!

Seorang cowok bertubuh tambun, memakai blangkon khas Jogja dengan baju lurik berlogo pin emas Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat mendekatiku..
“Namaku Sigit mas, aku yang punya angkringan pak Camat, cabangku 5 mas di Jakarta, Angkringan ala jogja aku konsep sedikit lebih modern, lebih bersih, biar yang makan juga lebih nyaman! Aku asli Monjali mas, istriku dokter di Sarjito, aku wis 6 tahun kerja di SCTV.. boseen keluar bikin usaha sendiri!” katanya cengengesan.



Konsep bisnis yang sederhana, menghadirkan suasana angkringan Jogja di sudut-sudut Jakarta, walaupun suasana Jogja gak bakal terbeli disana... suara bajaj dan teriakan supir mikrolet bakal mencampuradukkan semuanya..
Lumayan selama ngobrol dua sate usus, dan satu sate kikil langsung kusikat dari angkringan Sigit...
HPku tiba-tiba berdering... nomer lokal Jogja.
“Halo mas Saptu, aku Emi mas... Alhamdulillah kami sudah dapat kost mas, gerobak angkringannya sedang dibuatkan Pak Joko, kalo sudah jadi saya segera jualan mas.. nanti Mas Saptu main ke angkringanku yaa... Makasih ya mas!”
Belum banyak aku berkata-kata, telphon sudah ditutup..

Pengunjung expo di Plenarry hall itu penuh sesak, entah mengapa aku tiba-tiba merasa sepi, seolah waktu berhenti dan semua orang disekelilingku dalam gerak mati..
kupandangi atap hall yang menjulang tinggi...
Aku tiba-tiba kangen ingin mengajak istriku naik scoopy lagi, keliling Jogja mampir ke angkringannya Emi, sambil menggoda Flagia Paris Van Java..
cukup angkringan itu saja yang ingin kudatangi di satu sudut jalan Jogja, bukan angkringan yang bersih, mewah di sudut gemerlap kota Jakarta...


*diketik di lantai 17 Apartemen Sudirman Park Jakarta, dibaca dimana sadja..

Thanks Mas Saptuari .... atas semua motivasinya .....
Sumber : www.saptuari.blogspot.com

Artikel Menarik Lainnya:

0 comments:

Post a Comment